CONTOH
KASUS
Madinah, - Empat kali menjadi tenaga musiman petugas haji akhirnya
mengantar Nasrullah Jasam menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) Daker Madinah. Meski punya segudang pengalaman, Nasrullah bersama
petugas haji di Madinah tetap harus kerja keras menghadapi banyak persoalan.
"Pokoknya satu kelar, satu ada lagi. Di Haji itu harus kerja bukannya mikir. Semenjak haji nggak sempat bikin buku," kata Nasrullah sembari tertawa, saat berbincang santai dengan detikcom di Kantor Misi Haji Indonesia Daker Madinah, Kamis (23/10/2014).
Nasrullah yang lahir di Jakarta pada 10 Juni 1975 silam ini dipercaya menjadi Kadaker Madinah untuk musim haji 2014 ini. Asisten Direktur Program Pascasarjana Program Magister STAINU Jakarta yang juga dosen di STAINU dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini pun berbagi suka dan duka memimpin petugas haji daerah kerja Madinah yang bertugas sekitar 73 hari di Kota Nabi.
"Kalau suka ya pertama ada kepuasan batin melayani jamaah. Kalau orang terlayani dengan baik kita puas. Kedua memang harus dipahami jadi petugas itu dipahami betul kalau tidak kita merasa terbebani," kata Nasrullah yang menyelesaikan S1 di Mesir, kemudian menuntaskan S2 dan S3 di Maroko ini.
Sekretaris merangkap anggota Komisi Fata MUI Jakarta ini mencoba memahami nilai-nilai dalam haji dan menjadikannya sebagai semangat untuk melayani jamaah haji. Baginya setiap ibadah ada nilainya, seperti haji harus didalami sebagai upaya mengharap ridho ilahi.
"Ketika menjadi petugas haji harus egaliter, jadi buang gelar akademik, status sosial, kita harus menempatkan diri kita sama dengan petugas lain dan jamaah," kata Kadaker yang selalu bergaya santai namun tegas ini.
Nasrullah yang aktif menulis buku, terjemahan, dan karya tulis di berbagai media ini lantas mengisahkan bagian paling berat dalam tugasnya, "Kalau dukanya kadang-kadang kita berhadapan dengan orang yang sulit kita buat paham. Itu pengalaman baik buat kita. Bahwa haji itu miniatur akherat, kita sangat mudah melihat karakter orang pada saat haji. Karena fasilitas minim antre banyak orang, cuaca panas, dan di situ orang kalau tidak menikmati akan tersiksa. Semuanya harus disingkirkan. Harus egaliter harus sama dengan yang lain," bebernya.
Salah satu persoalan yang cukup berat adalah penempatan jamaah haji gelombang pertama di luar markaziyah oleh majmuah wanprestasi. Namun, bagi Nasrullah setiap masalah selalu ada hikmahnya.
"Pertama kalau kita lihat dari hikmah tentunya kita bisa membuat pola baru dalam penyewaan pemondokan di Madinah. Kalau kita bertahan dengan sistem ini, akan ada perluasan markaziah dan banyak hotel dirobohkan dan banyak kompetitor di negara lain. Ini kan berarti kita harus mengambil langkah-langkah strategis misalnya pola penyewaan harus meningkatkan layanan apa sewa musim atau blocking hotel," ungkapnya.
Persoalan penyelenggaraan haji tahun ini semakin kompleks karena bertepatan dengan haji akbar. Lalu apa hal paling berkesan selama pertama kali jadi Kadaker Madinah dengan persoalan yang begitu kompleks?
"Pertama semua pengalaman di haji itu saya kira menarik. Kita dihadapkan masalah dan kita dituntut menyelesaikan. Hampir setiap Kasie punya masalah lain-lain. kita harus siap kapanpun dan di manapun. Masalah itu harus kita hadapi dan 24 selalu siaga, kadang tidur di kantor ya tidak masalah, enak-enak saja,"pungkasnya sembari tersenyum.
"Pokoknya satu kelar, satu ada lagi. Di Haji itu harus kerja bukannya mikir. Semenjak haji nggak sempat bikin buku," kata Nasrullah sembari tertawa, saat berbincang santai dengan detikcom di Kantor Misi Haji Indonesia Daker Madinah, Kamis (23/10/2014).
Nasrullah yang lahir di Jakarta pada 10 Juni 1975 silam ini dipercaya menjadi Kadaker Madinah untuk musim haji 2014 ini. Asisten Direktur Program Pascasarjana Program Magister STAINU Jakarta yang juga dosen di STAINU dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini pun berbagi suka dan duka memimpin petugas haji daerah kerja Madinah yang bertugas sekitar 73 hari di Kota Nabi.
"Kalau suka ya pertama ada kepuasan batin melayani jamaah. Kalau orang terlayani dengan baik kita puas. Kedua memang harus dipahami jadi petugas itu dipahami betul kalau tidak kita merasa terbebani," kata Nasrullah yang menyelesaikan S1 di Mesir, kemudian menuntaskan S2 dan S3 di Maroko ini.
Sekretaris merangkap anggota Komisi Fata MUI Jakarta ini mencoba memahami nilai-nilai dalam haji dan menjadikannya sebagai semangat untuk melayani jamaah haji. Baginya setiap ibadah ada nilainya, seperti haji harus didalami sebagai upaya mengharap ridho ilahi.
"Ketika menjadi petugas haji harus egaliter, jadi buang gelar akademik, status sosial, kita harus menempatkan diri kita sama dengan petugas lain dan jamaah," kata Kadaker yang selalu bergaya santai namun tegas ini.
Nasrullah yang aktif menulis buku, terjemahan, dan karya tulis di berbagai media ini lantas mengisahkan bagian paling berat dalam tugasnya, "Kalau dukanya kadang-kadang kita berhadapan dengan orang yang sulit kita buat paham. Itu pengalaman baik buat kita. Bahwa haji itu miniatur akherat, kita sangat mudah melihat karakter orang pada saat haji. Karena fasilitas minim antre banyak orang, cuaca panas, dan di situ orang kalau tidak menikmati akan tersiksa. Semuanya harus disingkirkan. Harus egaliter harus sama dengan yang lain," bebernya.
Salah satu persoalan yang cukup berat adalah penempatan jamaah haji gelombang pertama di luar markaziyah oleh majmuah wanprestasi. Namun, bagi Nasrullah setiap masalah selalu ada hikmahnya.
"Pertama kalau kita lihat dari hikmah tentunya kita bisa membuat pola baru dalam penyewaan pemondokan di Madinah. Kalau kita bertahan dengan sistem ini, akan ada perluasan markaziah dan banyak hotel dirobohkan dan banyak kompetitor di negara lain. Ini kan berarti kita harus mengambil langkah-langkah strategis misalnya pola penyewaan harus meningkatkan layanan apa sewa musim atau blocking hotel," ungkapnya.
Persoalan penyelenggaraan haji tahun ini semakin kompleks karena bertepatan dengan haji akbar. Lalu apa hal paling berkesan selama pertama kali jadi Kadaker Madinah dengan persoalan yang begitu kompleks?
"Pertama semua pengalaman di haji itu saya kira menarik. Kita dihadapkan masalah dan kita dituntut menyelesaikan. Hampir setiap Kasie punya masalah lain-lain. kita harus siap kapanpun dan di manapun. Masalah itu harus kita hadapi dan 24 selalu siaga, kadang tidur di kantor ya tidak masalah, enak-enak saja,"pungkasnya sembari tersenyum.
tanggapan :
Dari
cerita diatas terlihat bagaimana seorang pekerja yang sangat tekun dan
bertanggung jawab penuh pada
pekerjaannya. Dan dengan motivasi yang ia miliki juga menghasilkan kenaikan
jabatan yang ia terima.
Sesuai
dengan toeri motivasi dalam memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku
sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya, untuk
itu dapat dikatakan bahwa dalam diri seseorang ada kekuatan yang mengarah
kepada tindakannya. Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat memberikan
penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukkan arah
tindakannya.
Kesabaran
dan ketekunan yang terus diperlihatkan oleh subjek diatas menghasilkan suatu
peningkatan dan juga keberhasilan dalam mencapai keinginan nya