I.
PENGORGANISASIAN
STRUKTUR MANAJEMEN
a.
Definisi
Pengorganisasian
Kegiatan dalam
menentukan macam kegiatan beserta jumlah kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan perusahaan maupun pengelompokan kegiatan-kegiatan beserta
orang-orangnya yang sesuai dengan kegiatannya disertai adanya pendelegasian
wewenang.
b.
Pengorganisasian
Sebagai Fungsi Manajemen
Pengorganisasian sebagai fungsi dari
manajemen, meliputi :
a.Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua
orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar
serta dengan hubungan kerja yang rasional.
Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah,
Negara, dan lain sebagainya.
b.Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari
dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama
yang tidak disadari.
Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung,
belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan
teman, dan lain-lain.
II.
ACTUATING
DALAM MANAJEMEN
a.
Definisi
Actuating
Actuating adalah
suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan
usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agarmau
bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan
adalah kepemimpinan. Actuating adalah Pelaksanaan untuk bekerja. Untuk
melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut, maka manajer
mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership ( pimpinan ),
perintah, komunikasi dan conseling ( nasehat).
b.
Pentingnya
Actuating
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian
yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi
sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya
manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian
dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi yang telah ditetapkan.
Mulyono.
2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
c.
Prinsip Actuating
Pengarahan merupakan
aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan
untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien
untuk mencapai tujuan.
Dalam
manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut
manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu
sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki
pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang
dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:
a. Prinsip
mengarah pada tujuan
Tujuan pokok
dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya
proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai
tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan
fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain
seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan
yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan
bawahan.
b. Prinsip
keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang
bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan
tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi
penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan
sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.
Semua ini dipengaruhi
oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik akan
mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar.
Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan
pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
c. Prinsip
kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan
tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur
didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan
saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta
semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
III.
MENGENDALIKAN
FUNGSI MANAJEMEN
a.
Definisi
Controling
Controlling
atau
pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin bahwa
rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
b.
Kontrol
Sebagai Proses Manajemen
1. Mengevaluasi keberhasilan
dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan
2. Mengambil langkah
klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
3.
Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai
masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis.
c.
Tipe-tipe
Controling
1.
Feedforward Control dirancang untuk
mengantisipasi masalah-masalah dan penyimpangan dari standar tujuan dan
memungkinkan koreksi sebelum suatu kegiatan tertentu diselesaikan.
2.
Concurrent Control merupakan proses
dalam aspekt tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu sebelum suatu kegiatan
dilanjutkan atau untuk menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
3.
Feedback Control
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah
IV.
MOTIVASI
a.
Definisi
Motivasi
Berbagai usaha yang dilakukan
oleh manusia tentunya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya, namun agar
keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila
tanpa usaha yang maksimal. Mengingat kebutuhan orang yang satu dengan yang lain
berbeda-beda tentunya cara untuk memperolehnya akan berbeda pula. Dalam
memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang
dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya, untuk itu dapat dikatakan bahwa
dalam diri seseorang ada kekuatan yang mengarah kepada tindakannya. Teori
motivasi merupakan konsep yang bersifat memberikan penjelasan tentang kebutuhan
dan keinginan seseorang serta menunjukkan arah tindakannya. Motivasi seseorang
berasal dari interen dan eksteren. Herpen et al. (2002); hasil penelitiannya
mengatakan bahwa motivasi seseorang berupa intrinsik dan ekstrinsik Sedangkan
Gacther and falk (2000), Kinman and Russel (2001); Motivasi intrinsik dan
ekstrinsik sesuatu yang sama-sama mempengaruhi tugas seseorang. Kombinasi
insentive intrinsik dan ekstrinsik merupakan kesepakatan yang ditetapkan dan
berhubungan dengan psikologi seseorang.
b.
Teori-teori Motivasi
Berbagai teori motivasi yang ada
salah satunya adalah Porter Lawler Model. Persoalan antara kepuasan
kerja dan kinerja muncul sejak adanya gerakan hubungan antar manusia.
Sebenarnya dalam teori muatan tersirat adanya bahwa kepuasan mengarah kepada
kinerja dan tidak kepuasan menurunkan kinerja. Porter Lawler menyatakan bahwa
proses kognitif dalam persepssi memainkan suatu peran sentral bahwa hubungan
antara kepuasan dan kinerja berhubngan secara langsung dengan suatu model
motivasi.
Menurut Mondy and Noe (1996:358);
Direct financial compensation consist of the pay that a person receives in
the form of wages salaries, bonuses and commissions. Indirect financial
compensation (benefits) includes all financial rewards that are not included
direct compensation.
Kompensasi non keuangan terdiri
dari kepuasan yang diterima oleh seseorang
dari
tugas atau dari psikologi dan atau lingkungan phisik dimana seseorang bekerja. Pada
saat-saat tertentu seseorang dalam menerima kompensasi akan mengukur penerimaannya
dengan bentuk nonfinancial atau financial hal ini tergantung pada
tingkat kebutuhan yang dimilikinya.
Werther and
Davis (1996:381); Manajemen kompensasi berusaha keras membuat keadilan luar dan dalam. Internal
menghendaki keadilan nilai pembayaran relatif sama dengan tugas yang diterima
sedangkan eksternal adalah pembayaran pekerja sebanding dengan pembayaran oleh
perusahaan lain dipasaran tenaga kerja. Jadi kompensasi berusaha untuk
memberikan kewajaran terhadap pembayaranpembayaran yang diterima oleh pekerja
baik dilihat dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Tjosvold et al.
(2003); Reward and task system are potentially very critical for
inducing cooperative conflict.
c.
Definisi
Motivasi Kerja
Menjelaskan
tentang kegiatan seseorang yang ingin mencapai tujuan dan cita-cita nya. Seseorang
yang mempunyai motivasi yang tinggi dapat diartikan memiliki tujuan yang sangat
kuat untuk mencapai apa yang diinginkan dengan sebuah pekerjaan yang digeluti
Berbeda
dengan motivasi yang berkembang yang
sering disebut dengan motivasi semangat seperti “saya ingin sekolah tinggi”,
maka pernyataan tersebut menginginkan dia memiliki motivasi belajar yang sangat
tinggi dan bersungguh-sungguh.
Di dalam motivasi kerja,intensitas berhubungan
dengan seberapa kerja keraskah seseorang berusaha. Tapi, intensitas tingg tidak
menghasilkan prestasi kerja yang sangat memuaskan, terkecuali intensitas itu
sendiri dikaitkan dengan arah yang menguntungkan.
V.
KEPUASAN KERJA
Definisi, Aspek-aspek, Faktor Penentu
Kepuasan Kerja
Pada dasarnya
bahwa seseorang dalam bekerja akan merasa nyaman dan tinggi kesetiannya pada
perusahaan apabila dalam bekerjanya memperoleh kepuasan kerja sesuai dengan apa
yang diinginkan. Khususnya di Perusahaan manufaktur kepuasan kerja sangat
didambakan oleh semua pihak, karena dalam perusahaan manufaktur kegiatan
dimulai dari pengadaan bahan baku sampai menjadi barang jadi penuh dengan
tantangan baik secara psikologi maupun jasmani. Kepuasan kerja itu sendiri sebenarnya
mempunyai makna apa bagi seorang pekerja ?, ada dua kata yaitu kepuasan dan
kerja. Kepuasan adalah sesuatu perasaan yang dialami oleh seseorang, dimana apa
yang diharapkan telah terpenuhi atau bahkan apa yang diterima melebihi apa yang
diharapkan, sedangkan kerja merupakan usaha seseoranguntuk mencapai tujuan
dengan memperoleh pendapatan atau kompensasi dari kontribusinya kepada tempat
pekerjaannya.
Dole and
Schroeder (2001); Kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai perasaan dan
reaksi individu terhadap lingkungan pekerjaannya, sedangkan menurut Testa (1999)dan
Locke (1983); Kepuasan kerja merupakan kegembiraan atau pernyataan emosi yang
positif hasil dari penilaian salah satu pekerjaan atau pengalaman-pengalaman
pekerjaan. Nasarudin (2001); Igalens and Roussel (1999); Job satisfaction
may be as a pleasurable ar positive emotional state resulting from the appraisal
of one’s job or job experiences. Dalam pernyataan tersebut mengandung makna
bahwa kepuasan kerja merupakan suatu keadaan emosi yang positif atau dapat menyenangkan
yang dihasilkan dari suatu penilaan terhadap pekerjaan atau pengalaman-pengalaman
kerja seseorang.
Ward and Sloane
(1999); elemen of job satisfaction : (1) relationship with colleagues; (2)
relationship with head of department;(3) ability and efficiency of head of
department; (4) hours of work; (5) opportunity to use initiative; (6) Promotion
prospects; (7) salary; (8); job security; (9) actual work undertaken; (10) overall
job satisfaction. Penelitian Linz (2002); mengatakan bahwa secra positif
sikap terhadap kerja ada hubungan positif dengan kepuasan kerja.
Pada dasarnya makin
positif sikap kerja makin besar pula kepuasan kerja, untuk itu berbagai
indikator dari kepuasan kerja perlu memperoleh perhatian khusus agar pekerja
dapat meningkatkan kinerjanya. Pada umumnya seseorang merasa puas
dengan pekerjaanya karena berhasil dan
memperoleh penilaiaan yang adil dari pimpinannya.
SUMBER :